Rabu, 17 April 2013

Catatan Waktu -- Vanera el Arj

Sebuah Detik

/1/
Tak ada yang mampu memahami, dan benar-benar sendiri. Titik ini, aku namai sepi. Bahkan meski di badai dan topan bercanda ria dengan gegap gempitanya ataupun lirih hembusan bayu bersiul mengiramakan nada-nada harmony. Alone!

/2/
Nyatanya segala pujian yang terlucut, adalah suatu jerembab. Dan takkah terpikir bagaimana malunya dia yang terpujikan?

/3/
Aku masih hanya belajar membaca diri, kenapa engkau seret untuk membaca buku-buku? Inginkah kau memalingkanku agar benar-benar dungu?

Wonosobo, 10 April 2013

Pada Satu Musim

Jelas, yang terdengar di telinga hanya gemerujuk aliran sungai belakang rumah. Ini waktu masih sepenggalah meninggalkan senja, tapi bunyi kampret dan klawa belum juga bersiul menemui ranum mangga. Jangkrik, ketika aku masih kecil biasanya tertawa ataupun bernyanyi riang sejak bibir malam mengecup keningnya dan kini tak ada. 

Musim, seperti hanya putaran waktu berlalu dan hanya berkisar begitu saja. Rona tak lagi asli yang purna, terlihat sebatas fantasi keceriaan tawon yang hinggap di mekar bunga. Ah... inikah hampa hambar rasa? Atau kesia-siaan atau suatu pokok pikiran menafikan kematian?

Wonosobo, 05 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar